Analogi

Sepagi ini terlihat senyuman dari Abdullah, bersiap melakukan agenda hari ini, iapun membuka lembaran yang tertulis secara “mind map”. Sedikit Abdullah terdiam, saat ia membaca jadwal pada hari ini, membayangkan, men-setting alur yang akan terjadi semaksimal dan seoptimal.

Beberapa kali Abdullah menoleh dan terdiam, melihat tulisan dalam schedule, terjadi “dialog” dalam dirinya. Karena pagi ini Abdullah akan melakukan perjalanan menuju lokasi yang terletak di Jogjakarta.
“Agenda saya di Jogjakarta adalah untuk membeli batik yang ada di malioboro, dan malamnya harus sudah sampai Jakarta kembali. Jika begitu saya harus menyiapkan data yang terkait dengan pembelian batik disana, list barang, daftar harga, jumlah barang yang akan dibeli, jenis batik, contact person, cara pembayaran, disiapkan uang cash, kartu atm, tas khusus untuk memuat batik yang akan saya beli.”

Orang yang paling pandai diantara kalian adalah yang mengingat kematian – al Hadist

 “ Perjalanan, jalur mana yang akan saya gunakan, kalau naik pesawat maka malah jadinya muter-muter meski dalam durasi yang singkat ketimbang transportasi yang lain, atau naik kereta, atau lebih bagus rental mobil agar lebih mudah membawa barang belanjaan dan lebih privasi, tapi harus mencari supir, dan mobil yang irit, sewa yang terjangkau, lebih lelah jadinya. jalan kaki, wah sampainya kapan?”

“Dalam perjalanan kira-kira perlu bekal apa ya? Minum, permen, nasi, kue, lauk, atau siapkan uang tunai saja?”

“ Sampai disana, saya harus sms atau telp orang itu ya?”
Terjadi dialog hebat dalam diri Abdullah, segala elemen yang ada dalam dirinya memberikan usulan, berupa saran, perintah, ataupun informasi, berupa asumsi dan fakta. Perasaan bermain, logika ikut bergabung, perasaan diuji.

Akhirnya, Abdullah memutuskan.
“ Saya ke Jogjakarta menggunakan alat trasnportasi kereta api, karena dalam perjalanan masih bisa membeli minum dan makanan, lebih rileks dan bisa lebih mempersiapkan diri untuk mengecek kebutuhan kembali agar lebih siap dan makin siap. Membawa uang tunai secukupnya untuk ongkos dan membeli sesuatu dalm perjalanan bilaman dibutuhkan. Kemudian bilamana mau belanja, maka hanya perlu pergi ke atm terdekat. ”

Faktanya. Kereta datang terlambat sebab masalah teknis, sedangkan Abdullah harus bersegera untuk sampai ke Jogjakarta sehingga bisa kembali ke Jakarta pada hari itu juga. Sesampai tiba kereta yang akan menghantarkan Abdullah ke tujuan, ternyata penuh penumpang. Meski akhirnya Abdullah sampai juga di Jogjakarta.

Tidak selaras dengan “prediksi” yang digambarkan, banyak perubahan sesuai dengan situasi. Proses panjang melelahkan untuk mencapai satu tujuan.

Dan tidak sedikit terjadi “meeting” mendadak dalam diri untuk memutuskan apa yang akan dilakukan, menyikapi kondisi setelah keputusan dijalankan. Terus berbincang, berdialog, diskusi hingga “akhir”.


Kemudian jika Abdullah adalah anda, sebab kita semua memang sebagai hamba Alloh yang Maha Adil, apa yang sebaiknya kita dapat perbuat. dan hanyalah kita sendiri yang paling tahu sebab serta akibat dari keputusan yang telah diambil hasil dari diskusi diri.